TUGAS
PENGANTAR MANAJEMEN
OLEH
NAMA/NO.BP
: 1. ADE IRAWAN PUTRI (14101155110182)
2. GEDIZZAH
FILLAH (14101155110195)
3. IGA AUGIA MIRANDA (14101155110239)
4. KANG INDRA SURYA H.K. (14101155110198)
5. RAMADHANI PUTRA (14101155110205)
6. ROBBI LEO (14101155110210)
7. YESSY INDRA (14101155110221)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah permasalahan lion air
ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada IBK. Titik
Efnita selaku
Dosen mata kuliah Pengantar Manajemen yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kesalahan-kesalahan yang di hadapi oleh lion air. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kesalahan-kesalahan yang di hadapi oleh lion air. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG 1
1.2
RUMUSAN
MASALAH 1
1.3
TUJUAN 1
BAB
2 PEBAHASAN
A.
AWAL
PERMASALAHAN 2
B.
DAMPAK
YANG DIITIMBULKAN 7
C.
KESALAHAN
MANAJEMEN LION AIR 8
BAB
3 PENUTUP 10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Dalam beberapa tahun terakhir,pesawat menjadi pilihan utama masyarakat
dari berbagai kelas. Tengok saja saat musim mudik tiba. Hampir semua bandara di
berbagai daerah di Indonesia sibuk melayani calon penumpang yang jumlahnya
setiap tahun semakin banyak.
Persaingan bisnis sector penerbangan nasional semakin ketat seiring makin
pesatnya pertumbuhan sector jasa transportasi Ini. Maskapai penerbangan saling
berlomba untuk memberikan pelayanan yang terbaik, ekspansi rute penerbangan,
demi meraih simpati calon penumpang. Tujuan utamanya satu, menguasai pasar
penerbangan nasional.
Berdasarkan data Kementrian Perhubungan, dari total penumpang domestic
sepanjang 2012 yang mencapai 63,6 juta orang, Lion Air berhasil menerbangkan
23,93 juta penumpang. Dengan kata lain, Lion Air didaulat sebagai penguasa
penerbangan domestic. Wajar saja LionAir menjadi penguasa langit Indonesia
mengingat jumlah armadanya paling banyak jika dibandingkan maskapai penerbangan
lainnya.
Tidak hanya itu, volume dan rute penerbangan Lion Air juga yang terbanyak
di Indonesia . Satu lagi capaian Lion Air, maskapai ini juga didaulat sebagai
maskapai terbaik di dunia. Dalam pergelaran Paris airshow 2013, secara
mengejutkan maskapai Lion Air masuk dalam jajaran 10 maskapai dengan menempati
peringkat kedua versi CNBC untuk bisnis penerbangan murah. Lion Air jauh
meninggalkan slaah satu maskapai besar dunia seperti Emirates yang berada di
posisi Sembilan. Pemeringkatan ini menggunakan indicator pertumbuhan jumlah
penumpang per tahunnya.
Terlepas dari kinerja positifnya, Lion Air juga tak lepas dari berbagai
masalah dan persoalan. Bahkan, banyak penumpang yang mengkritik kinerja
pelayanan Lion Air. Maskapai ini juga pernah dikenai sanksi oleh Kementrian
Perhubungan karena masalah yang merugikan calon penumpangnya. Di dalam makalah
ini. Penulis mencoba menjelaskan apa kasus yang pernah dialami oleh Lion Air
dan apa kesalahan manajemen jika dilihat sari sisi fungsi manajemen.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan
masalah antara lain :
1. Apa
kasus yang dialami oleh maskapai Lion Air ?
2. Apa
saja kesalahan manajemen jika dipandang dari fungsi manajemen ?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui
kasus yang dialami oleh Lion Air
2. Mengetahui
kesalahan manajemen yang diterapkan Lion Air.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. AWAL MULA PERMASALAHAN
Bermula dari beberapa
pesawat yang rusak. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan kekacauan
penerbangan Lion Air ini terjadi karena adanya kerusakan beberapa pesawat Lion
Air yang berimbas bagi sistem penerbangan maskapai itu selama tiga hari,
Rabu-Jumat, 18-20 Februari 2015.
Seratus penerbangan
dibatalkan. Akibat tertundanya sejumlah penerbangan sejak Rabu, 18 Februari
2015, Lion Air memutuskan membatalkan seratus jadwal penerbangan di seluruh
Indonesia pada Jumat, 20 Februari 2015, dari pukul 17.00 hingga 24.00.
Enam bandara lain ikut
terkena imbas. Penerbangan Lion Air juga mengalami keterlambatan di sejumlah
bandara. keterlambatan itu terjadi di Bandara Internasional Minangkabau,
Bandara Sepinggan Balikpapan, Bandara Juanda Surabaya, Bandara El Tari Kupang,
Bandara Adisutjipto Yogyakarta, serta Bandara Kualanamu Medan.
Angkasa Pura II menyiapkan
Rp 3 miliar untuk menalangi pengembalian duit tiket (refund) dan kompensasi. Direktur Utama PT Angkasa Pura
II Budi Karya Sumadi mengatakan duit ini disiapkan bagi penumpang Lion Air yang
terkena dampak delay di Bandara Soekarno-Hatta.
Lion Air memiliki 110
pesawat. Namun hanya 81 pesawat yang terbang. Selain itu, Lion Air memiliki
pesawat cadangan, yakni dua di Batam dan masing-masing satu di Semarang,
Cengkareng, dan Makassar. Tapi untuk membawa pesawat cadangan itu ke Jakarta
tidak gampang. Sumber: tempo.co
Kutipan lain: Hasil penelusuran anggota Jaman dari media dan wawancara
beberapa sumber, ditemukan beberapa informasi. Di antaranya delay disebabkan
oleh kerusakan pesawat yang signifikan.
"Ada 2
buah pesawat dadakan di grounded karena FOD (Foreign Object Damage) masuknya
barang liar ke dalam mesin, kasusnya kena batu kerikil di area landasan, dimana
mestinya Authority Bandara memastikan atau membersihkan batu-batu itu supaya
tidak FOD," kata Ketua Umum Jaringan Kemandirian Nasional, A Iwan Dwi
Laksono dalam keterangannya kepada Tribunnews.com, Sabtu (21/2/2015).
Kedua adalah
delay disebabkan FA (Flight Aproval) atau izin trayek, sejak Dephub
mendeklarasikan banyak airline tidak punya izin terbang banyak rute Lion Air
yang tercabut.
"Untuk
minggu pertama setelah pencabutan masih belum ada masalah karena Lion Air masih
bisa memberi info penumpangnya. Tapi setelah itu ada miss antara Niaga (yang
menjual tiket) dan operasi (pelaksana terbang) tentang pemberlakuan FA ada atau
tidaknya," jelas Dwi Laksono.
Sehingga menurut Dwi, pada saat
penumpang sudah mulai boarding, di beberapa Fleet (penerbangan) ternyata FA nya
belum direnewal, maka pihak ATC tidak mau karena melayani tidak ada FA.
Sedangkan untuk mendapatkan FA ini harus menunggu minimal 1 jam sebelumnya."Penyebab delay yang ketiga seharusnya Lion Air ini mempunyai pesawat cadangan," ujar Dwi
Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengimbau keras kepada PT Angkasa Pura II
(Persero) agar menuntut uang ganti rugi atas kerusakan fasilitas bandara Soekarno-Hatta, Jakarta kepada pihak
Lion Air. Ganti rugi tersebut wajib dipertanggungjawabkan Rusdi Kirana sebagai pemilik Lion Air akibat
keterlambatan (delay) penerbangan sejak Rabu pekan lalu.
Anggota Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi menanggapi pernyataan Direktur Utama Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi atas perkiraan kerugian fasilitas bandara yang ditaksir sekira Rp 100 juta gara-gara kisruh delay Lion Air.
"Akibat kerusakan itu, seharusnya Angkasa Pura II wajib menuntut ganti rugi pada Lion Air," tegas dia dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (23/2/2015)
Tulus menilai, kerusakan beberapa fasilitas bandara Soekarno-Hatta karena aksi anarkis penumpang yang marah tidak akan terjadi jika manajemen Lion Air bertindak cepat dalam mengantisipasinya.
Dia pun kecewa atas sikap manajemen Lion Air yang justru terkesan lepas tangan dengan permasalahan tersebut. "Bukan malah menghilang, tak berani berhadapan dengan penumpang. Ini tindakan yang pengecut," ucap Tulus.
Seperti diberitakan sebelumnya, Budi Karya Sumadi mengatakan, kemarahan penumpang memuncak karena delay berlangsung berhari-hari tanpa ada kepastian jelas dari manajemen maskapai berlambang singa merah itu.
"Petugas Lion Air nggak ada satupun di konter check in terminal 1A, 1B dan 3 pada Rabu (18/2) sampai Jumat (20/2). Sehingga menyebabkan para penumpang nggak dapat kepastian sehingga terjadi eskalasi kekecewaan dan kemarahan penumpang," ujar dia saat Konferensi Pers Lion Air di Jakarta.
Lebih jauh katanya, hal ini mengakibatkan terganggunya kegiatan penerbangan dari maskapai lain Sriwijaya Air yang berada di terminal 1B dan AirAsia di terminal 3 karena para penumpang telah melakukan pemblokiran jalur operasional pelayanan penumpang (area security check point 2 dan boarding gate) serta tertutupnua akses di terminal 3 sehingga penerbangan dua maskapai tersebut harus dipindahkan ke terminal 2.
Budi menyebut, beberapa tindakan anarkis penumpang berupa perusakan fasilitas terminal, antara lain, memecahkan kaca di beberapa titik di terminal 1 dan 3, perusakan komputer check in di terminal 1, penutupan pintu masuk check in konter ke arah meeting poin di terminal 3, pemblokiran curbside di terminal 1B.
"Ancaman lebih lanjut berupa pembakaran dan pemblokiran atau pendudukan landasan pacu dan apron mengingat kondisi beberapa penumpang yang sakit dan pingsan karena telah menunggu sejak lama tanpa pelayanan yang memadai dari Lion Air," jelas dia.
Akibat perusakan fasilitas bandara, mantan Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk ini bilang, perseroan menanggung rugi kurang dari Rp 100 juta karena dua kaca pecah dari amukan penumpang Lion Air.
"Kerusakan tidak lebih dari Rp 100 juta, karena dua kaca yang pecah. Tergantung juga sih, kalau di dalam perjanjian antara kami dan Lion Air, kerugian ditanggung maskapai maka Lion Air wajib bayar.
Anggota Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi menanggapi pernyataan Direktur Utama Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi atas perkiraan kerugian fasilitas bandara yang ditaksir sekira Rp 100 juta gara-gara kisruh delay Lion Air.
"Akibat kerusakan itu, seharusnya Angkasa Pura II wajib menuntut ganti rugi pada Lion Air," tegas dia dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (23/2/2015)
Tulus menilai, kerusakan beberapa fasilitas bandara Soekarno-Hatta karena aksi anarkis penumpang yang marah tidak akan terjadi jika manajemen Lion Air bertindak cepat dalam mengantisipasinya.
Dia pun kecewa atas sikap manajemen Lion Air yang justru terkesan lepas tangan dengan permasalahan tersebut. "Bukan malah menghilang, tak berani berhadapan dengan penumpang. Ini tindakan yang pengecut," ucap Tulus.
Seperti diberitakan sebelumnya, Budi Karya Sumadi mengatakan, kemarahan penumpang memuncak karena delay berlangsung berhari-hari tanpa ada kepastian jelas dari manajemen maskapai berlambang singa merah itu.
"Petugas Lion Air nggak ada satupun di konter check in terminal 1A, 1B dan 3 pada Rabu (18/2) sampai Jumat (20/2). Sehingga menyebabkan para penumpang nggak dapat kepastian sehingga terjadi eskalasi kekecewaan dan kemarahan penumpang," ujar dia saat Konferensi Pers Lion Air di Jakarta.
Lebih jauh katanya, hal ini mengakibatkan terganggunya kegiatan penerbangan dari maskapai lain Sriwijaya Air yang berada di terminal 1B dan AirAsia di terminal 3 karena para penumpang telah melakukan pemblokiran jalur operasional pelayanan penumpang (area security check point 2 dan boarding gate) serta tertutupnua akses di terminal 3 sehingga penerbangan dua maskapai tersebut harus dipindahkan ke terminal 2.
Budi menyebut, beberapa tindakan anarkis penumpang berupa perusakan fasilitas terminal, antara lain, memecahkan kaca di beberapa titik di terminal 1 dan 3, perusakan komputer check in di terminal 1, penutupan pintu masuk check in konter ke arah meeting poin di terminal 3, pemblokiran curbside di terminal 1B.
"Ancaman lebih lanjut berupa pembakaran dan pemblokiran atau pendudukan landasan pacu dan apron mengingat kondisi beberapa penumpang yang sakit dan pingsan karena telah menunggu sejak lama tanpa pelayanan yang memadai dari Lion Air," jelas dia.
Akibat perusakan fasilitas bandara, mantan Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk ini bilang, perseroan menanggung rugi kurang dari Rp 100 juta karena dua kaca pecah dari amukan penumpang Lion Air.
"Kerusakan tidak lebih dari Rp 100 juta, karena dua kaca yang pecah. Tergantung juga sih, kalau di dalam perjanjian antara kami dan Lion Air, kerugian ditanggung maskapai maka Lion Air wajib bayar.
Kementerian
Perhubungan kembali mencabut satu lagi izin penerbangan Lion Air rute
Yogyakarta-Palangkaraya-Yogyakarta dengan nomor pesawat JT 546 dan JT 547.
"Rute tersebut hanya ada satu penerbangan saja, maka kami cabut rutenya," kata J.A. Barata, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, di Jakarta, Kamis, 26 Februari 2015.
Dengan demikian, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan total telah mencabut sepuluh izin penerbangan Lion Air, karena sembilan penerbangan telah dicabut sebelumnya pada Rabu, 25 Februari 2015.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Suprasetyo Kementerian Perhubungan telah mencabut sembilan izin penerbangan karena Lion Air dianggap tidak mampu menjalankan penerbangan sesuai izin yang diajukan. "Kemarin (Rabu) sudah kami cabut," ujar Suprasetyo saat ditemui di kantornya, Kamis, 26 Februari 2015.
Suprasetyo menjelaskan jika maskapai tidak bisa melakukan penerbangan yang diajukan dalam waktu 21 hari dari sejak mengajukan izin penerbangan, maka izin penerbangan itu dicabut.
"Ada sembilan penerbangan yang Lion Air tidak lakukan selama 21 hari," ujar Suprasetyo.
Sembilan penerbangan itu adalah:
JT 886 rute Surabaya (Juanda)-Ambon: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 05.45 WIB
JT 887 rute Ambon-Surabaya: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 20.25 WIB
JT 597 rute Surabaya-Jakarta (Cengkareng): tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 06.15 WIB
JT 894 rute Makassar (Ujung Pandang)-Jayapura: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 08.45
JT 895 rute Jayapura-Makassar: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 14.45,
JT 895 rute Makassar-Jakarta: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 20.40 WIB
JT 660 rute Jakarta-Jambi: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 05.20 WIB
JT 661 rute Jambi-Jakarta: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 20.00 WIB
JT 659 rute Lombok-Jakarta: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 18.50 WIB
"Rute tersebut hanya ada satu penerbangan saja, maka kami cabut rutenya," kata J.A. Barata, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, di Jakarta, Kamis, 26 Februari 2015.
Dengan demikian, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan total telah mencabut sepuluh izin penerbangan Lion Air, karena sembilan penerbangan telah dicabut sebelumnya pada Rabu, 25 Februari 2015.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Suprasetyo Kementerian Perhubungan telah mencabut sembilan izin penerbangan karena Lion Air dianggap tidak mampu menjalankan penerbangan sesuai izin yang diajukan. "Kemarin (Rabu) sudah kami cabut," ujar Suprasetyo saat ditemui di kantornya, Kamis, 26 Februari 2015.
Suprasetyo menjelaskan jika maskapai tidak bisa melakukan penerbangan yang diajukan dalam waktu 21 hari dari sejak mengajukan izin penerbangan, maka izin penerbangan itu dicabut.
"Ada sembilan penerbangan yang Lion Air tidak lakukan selama 21 hari," ujar Suprasetyo.
Sembilan penerbangan itu adalah:
JT 886 rute Surabaya (Juanda)-Ambon: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 05.45 WIB
JT 887 rute Ambon-Surabaya: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 20.25 WIB
JT 597 rute Surabaya-Jakarta (Cengkareng): tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 06.15 WIB
JT 894 rute Makassar (Ujung Pandang)-Jayapura: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 08.45
JT 895 rute Jayapura-Makassar: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 14.45,
JT 895 rute Makassar-Jakarta: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 20.40 WIB
JT 660 rute Jakarta-Jambi: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 05.20 WIB
JT 661 rute Jambi-Jakarta: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 20.00 WIB
JT 659 rute Lombok-Jakarta: tujuh penerbangan dalam sepekan, waktu keberangkatan pukul 18.50 WIB
Direktur
Airport, Operation, and Service PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) Daniel
Putut mengklaim Lion Air sudah menyiapkan dana Rp 6 miliar untuk kebutuhan
operasional di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten.
Duit tunai itu untuk mengantisipasi delay penerbangan Lion yang sudah berlangsung sejak Rabu pekan lalu. "Pengalaman kemarin membuat kami lebih siap," kata Daniel saat dihubungi, Selasa, 24 Februari 2015.
Menurut Daniel, Lion tak akan beralasan lagi tak punya duit tunai untuk melunasi kompensasi delay kepada calon penumpang. Duit sebanyak Rp 6 miliar itu sudah diperhitungkan sesuai dengan jumlah calon penumpang dan penerbangan Lion dari Soekarno-Hatta. "Hitungannya, kompensasi delay lebih dari empat jam sebesar Rp 300 ribu per calon penumpang," ujar Daniel.
Daniel menuturkan Lion juga sudah menyiapkan duit tunai di sejumlah bandar udara untuk mengantisipasi delay penerbangan mereka. Jumlahnya disesuaikan dengan rata-rata jumlah calon penumpang dan penerbangan mereka.
Sejak Rabu pekan lalu, ratusan penerbangan Lion mengalami delay. Ribuan penumpang terkena dampaknya. Lion terlambat memenuhi kompensasi saat terjadi delay, mulai konsumsi, akomodasi, kompensasi uang, hingga refund. Pada Jumat pekan lalu, PT Angkasa Pura II (Persero) akhirnya menalangi Rp 4 miliar untuk keperluan refundpenumpang Lion.
Dalam konferensi pers di Soekarno-Hatta, Jumat pekan lalu, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait berdalih Lion sedang tak memegang duit tunai sehingga terlambat memberi kompensasi. Saat itu, kata Edward, bank-bank sedang libur Tahun Baru Imlek, sehingga Lion tak bisa menarik duit tunai.
Duit tunai itu untuk mengantisipasi delay penerbangan Lion yang sudah berlangsung sejak Rabu pekan lalu. "Pengalaman kemarin membuat kami lebih siap," kata Daniel saat dihubungi, Selasa, 24 Februari 2015.
Menurut Daniel, Lion tak akan beralasan lagi tak punya duit tunai untuk melunasi kompensasi delay kepada calon penumpang. Duit sebanyak Rp 6 miliar itu sudah diperhitungkan sesuai dengan jumlah calon penumpang dan penerbangan Lion dari Soekarno-Hatta. "Hitungannya, kompensasi delay lebih dari empat jam sebesar Rp 300 ribu per calon penumpang," ujar Daniel.
Daniel menuturkan Lion juga sudah menyiapkan duit tunai di sejumlah bandar udara untuk mengantisipasi delay penerbangan mereka. Jumlahnya disesuaikan dengan rata-rata jumlah calon penumpang dan penerbangan mereka.
Sejak Rabu pekan lalu, ratusan penerbangan Lion mengalami delay. Ribuan penumpang terkena dampaknya. Lion terlambat memenuhi kompensasi saat terjadi delay, mulai konsumsi, akomodasi, kompensasi uang, hingga refund. Pada Jumat pekan lalu, PT Angkasa Pura II (Persero) akhirnya menalangi Rp 4 miliar untuk keperluan refundpenumpang Lion.
Dalam konferensi pers di Soekarno-Hatta, Jumat pekan lalu, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait berdalih Lion sedang tak memegang duit tunai sehingga terlambat memberi kompensasi. Saat itu, kata Edward, bank-bank sedang libur Tahun Baru Imlek, sehingga Lion tak bisa menarik duit tunai.
Keterlambatan (delay)
penerbangan maskapai
Lion Air mungkin menjadi berkah tersendiri bagi
maskapai penerbangan lain. Pasalnya dengan kejadian tersebut, calon penumpang
beralih menggunakan maskapai lain dari uang pengembalian (refund) tiket
Lion Air.
Direktur Utama Citilink Indonesia, Albert Burhan menuturkan, pihaknya mencatatkan peningkatan jumlah penumpang sejak PT Angkasa Pura II (Persero) menalangi refund Lion Air yang sudah delay sejak Rabu hingga Jumat pekan lalu. Jumlah penumpang diperkirakan akan terus bertambah paska kisruh tersebut.
"Tentunya ada peningkatan jumlah penumpang setelah Angkasa Pura II menalangi refund. Cukup banyak yang beralih, membeli tiket Citilink," terang dia saat berbincang denganLiputan6.com, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Saat ditanyakan mengenai besaran kenaikan jumlah penumpang akibat kasus delay Lion Air, Albert enggan membeberkannya. "Pokoknya ada peningkatan lah," ucap dia terkekeh.
Memotret kejadian ini, pengganti Direktur Utama Citilink sebelumnya Arief Wibowo itu merasa sedih dan prihatin atas kondisi penumpang yang terlantar berhari-hari di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta.
Albert berpendapat, keamanan dan kenyamanan penumpang adalah komitmen yang harus dipegang teguh seluruh maskapai penerbangan di dunia. Termasuk mencegah keterlambatan penerbangan dan mengantisipasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kalau delay seperti kemarin, harusnya ada petugas yang menjaga dan memberi informasi kepada penumpang terkait kondisi tersebut. Sebab delay berhari-hari menunjukkan perlu adanya perbaikan manajemen perusahaan," jelasnya.
Dia berharap agar seluruh maskapai penerbangan lokal dapat mengikuti SOP maupun aturan dari regulator dalam hal ini Kementerian Perhubungan. Pasalnya hal tersebut menyangkut citra dan nama baik industri penerbangan di mata internasional
Direktur Utama Citilink Indonesia, Albert Burhan menuturkan, pihaknya mencatatkan peningkatan jumlah penumpang sejak PT Angkasa Pura II (Persero) menalangi refund Lion Air yang sudah delay sejak Rabu hingga Jumat pekan lalu. Jumlah penumpang diperkirakan akan terus bertambah paska kisruh tersebut.
"Tentunya ada peningkatan jumlah penumpang setelah Angkasa Pura II menalangi refund. Cukup banyak yang beralih, membeli tiket Citilink," terang dia saat berbincang denganLiputan6.com, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Saat ditanyakan mengenai besaran kenaikan jumlah penumpang akibat kasus delay Lion Air, Albert enggan membeberkannya. "Pokoknya ada peningkatan lah," ucap dia terkekeh.
Memotret kejadian ini, pengganti Direktur Utama Citilink sebelumnya Arief Wibowo itu merasa sedih dan prihatin atas kondisi penumpang yang terlantar berhari-hari di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta.
Albert berpendapat, keamanan dan kenyamanan penumpang adalah komitmen yang harus dipegang teguh seluruh maskapai penerbangan di dunia. Termasuk mencegah keterlambatan penerbangan dan mengantisipasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kalau delay seperti kemarin, harusnya ada petugas yang menjaga dan memberi informasi kepada penumpang terkait kondisi tersebut. Sebab delay berhari-hari menunjukkan perlu adanya perbaikan manajemen perusahaan," jelasnya.
Dia berharap agar seluruh maskapai penerbangan lokal dapat mengikuti SOP maupun aturan dari regulator dalam hal ini Kementerian Perhubungan. Pasalnya hal tersebut menyangkut citra dan nama baik industri penerbangan di mata internasional
B. DAMPAK YANG DITIMBULKAN
Kejadian ini terjadi
ketika lonjakan penumpang terjadi berhubung dikarenakan libur hari raya imlek
dimana, puncaknya liburan. Pihak lion air, ketika awal mula permasalahan
terjadi (pesawat mereka rusak, izin trayek dll.), sengaja menahan untuk tidak
membatalkan penerbangan mereka. sepertinya dikarenakan mereka tidak ingin
kehilangan penumpang atau sedang krisis dana langsung (pengembalian tiket penumpang akan
merugikan mereka).
Pihak lion air berusaha
menutup-nutupi masalah yang di terpa pesawat mereka kepada para calon penumpang
sembari menyiapkan pesawat cadangan. Namun, dikarenakan untuk
memindah-mindahkan pesawat itu memerlukan waktu yang tidak sedikit yakni
berjam-jam dan juga jumlahnya tak memadai, keterlambatan pun tak terhindari.
Hal ini Mengakibatkan jadwal penerbangan lion air di kota-kota besar lainnya
terganggu.
Banyak calon penumpang
lion air yang terlantar dibandara hanya bisa menunggu kejelasan nasib
mereka dikarenakan minimnya informasi
dari pihak lion air (manajemen krisis: kekosongan informasi). Namun, kekecewaanpun tak terbendung hingga
akhirnya para calon penumpang inipun mengamuk lalu bertindak anarkis di bandara
dan memblokir terminal bagian bandara soekarno-hatta, merusak fasilitas bandara
dan sempat pula menyandera petugas lion air.
Para calon penumpang ini
ingin kejelasan apakah uang tiket mereka bisa dikembalikan sepenuhnya (refund).
Dikarenakan informasi yang minim dari pihak manajemen bandara dan kejelasan
pengembalian apakah diharuskan cek-in terlebih dahulu atau tidak (para calon
penumpang belum check-in), inilah yang membuat mereka sangat marah dan
terkatung-katung dibandara.
Akhirnya pihak angkasa
pura pun turun dan menalangi pengembalian uang tiket para calon penumpang lion
air. lalu, para calon penumpang lion air tadi dialihkan penerbngannya dengan
maskapai-maskapai lain agar tidak menumpuk dibandara.
Pihak lion air membatalkan semua penerbangan pada
hari jumat, 20 februari. Mulai pukul 17:00 sampai pukul 00:00 diseluruh
Indonesia untuk mminimalisir delay yang berkepanjangan tadi. pihak lion air pun
menjanjikan akan mengembalikan uang tiket para penumpang tadi sepenuhnya.
Lion air juga mengadakan penerbangan
gratis bagi para penumpang yang terkena dampak delay tadi.
C.
KESALAHAN MANAJEMEN DARI KASUS LION AIR
1. DARI
SEGI PERENCANAAN (PLANNING)
Manajemen lion air seperti
tidak siap untuk menghadapi krisis seperti ini (manajemen krisis). Dimana,
mereka tak siap menghadapi hal-hal/ faktor-faktor eksternal/internal yang akan
mengganggu kinerja operasional mereka seperti, kerusakan beberapa pesawat (3
pesawat yang rusak), izin trayek, miss antara niaga dan pihak operasional dan
kekurangan pesawat cadangan. padahal lion air memiliki 110 pesawat dan yang aktif hanya 81 dan memiliki 5 pesawat
cadangan yang tersebar di Batam, Tanggerang, Makassar dan Cengkareng. Terlihat
bahwa perencanaan lion air sepertinya tidak terlalu matang dalam menghadapi
krisis.
Akibat dari kasus ini nama/ citra Lion air itu
sendiri menjadi rusak. Kepercayaan pelanggan menurun. Ada berita yang
memberitakan bahwa penjualan tiket Lion air menurun hingga 70% setelah delay
pada waktu itu. Lion air yang memang telah mendapat cap sebagai si Raja delay dikarenakan baik baru-baru
ini(yang parahnya) dan sebelum-sebelumnya juga sering mengalami
keterlambatan/delay bahkan sampai saat ini.
2. DARI
SEGI PENGORGANISASIAN (ORGANIZING)
Pengambilan keputusan yang
tak langsung dieksekusi dan cendrung menunda-nunda ketika terjadinya krisis
yang membuat permasalahan semakin rumit dan kompleks. Tanggung jawab setiap
individu dalam satu kesatuan dalam hal ini yaitu Lion air, terlihat seperti
lepas tangan dalam menangani permasalahannya sendiri. Terbukti ketika krisis,
pihak Angkasa Pura lah yang menalangi refund penumpang. dikarenakan pihak manajamen
sendiri sangat sulit untuk dihubungi Dan sangat lama untuk mengkonfirmasi
ketika dimintai kejelasan(mungkin kekurangan dana langsung).
3. DARI
SEGI PENGARAHAN (ACTUATING)
Ketika krisis terjadi
pihak lion air terlihat tak gesit. Mungkin dikarenakan pihak-pihak yang
memiliki wewenang yang seharusnya segera mengambil keputusan justrul
menunda-nunda dan jadi terlihat lamban. Hal ini berpengaruh ke pihak-pihak yang
berada di lapangan yang tak tau harus berbuat apa dikarenakan belum adanya
perintah/arahan dari manajemen tingkat atas. Setelah pemikiran yang panjang,
pihak manajemen lion air pun memutuskan untuk membatalkan semua penerbangan
pada hari jumat(20/2) pada pukul 17:00 – 00:00 demi mengevaluasi dan mengatur
kembali jadwal penerbangan agar meminimalisir delay yang berkepanjangan tadi.
4. DARI
SEGI PENGAWASAN (CONTROLING)
Adanya miss antara Niaga
(yang menjual tiket) dan operasi (pelaksana terbang) tentang pemberlakuan
FA(flight approval) ada atau tidaknya. Ini menandakan lemahnya controlling dari
pihak lion air dalam menangani penyimpangan yang terjadi. lalu kerusakan
pesawat yang kadang memang tak bisa dihindari namun dapat diminimalisir tapi
dengan tetap menyiagakan pesawat cadangan untuk menangani krisis.
Dikarenakan penanganan manajemen krisis yang tidak bagus oleh lion air, rute penerbangan baru yang diajukan lion air oleh menhub(mentri perhubungan) tak disetujui. Karena itulah manajemen dalam suatu perusahaan itu sangatlah penting. Apalagi untuk perusahaan besar sekelas lion air. Padahal sedang lonjakan penumpang. seharusnya income bertambah tapi karena manajemen yang buruk malah rugi yang didapat.
Kasus lion air sendiri
sempat menjadi trending topic di twitter dan banyak meme-meme/ gurauan yang
menyindir lion air.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Suatu perusahaan
besar apabila manajemennya tidak siap menghadapi kondisi apapun (baik krisis
atau apapun itu), nama perusahaan itu sendirilah yang dipertaruhkan dimata
publik. Namun,
apabila sudah diterpa krisis, manajemen suatu perusahaan haruslah cepat, sigap,
dan tepat dalam menangani krisis khususnya dalam pengambilan keputusan,
penginformasian dan tanggung jawab.
Referensi:
0 komentar: